Di tahun 2025, TikTok dan Instagram itu mesin duit, bukan cuma tempat pamer foto atau joget-joget. Tapi, kenapa UMKM Anda sudah ikut-ikutan tren, tapi penjualan tetap lesu dan followers segitu-gitu aja?
Seringkali, masalahnya fatal: Anda cuma ikut, tapi nggak punya teknik. Anda sibuk bikin konten tapi gagal bikin koneksi atau bikin orang pengen beli. Tren itu gratis, tapi kalau salah pakai, Anda cuma buang-buang waktu. Biar jualan laris manis, pastikan Anda pakai 5 teknik berbasis tren ini!
1. Cuma Pamer Produk (Nggak Pakai “Nyawa” Tren)
Ini kesalahan umum. Anda posting video produk, tapi audionya sepi, pakai musik asal-asalan, atau nggak nyambung sama sekali. Di TikTok dan Reels, audio adalah 50% nyawa konten. Kalau sound-nya nggak viral, algoritma nggak akan bantu sebar video Anda ke FYP.
-
Solusinya: Wajib pakai trending sounds. Rekam proses packing orderan Anda pakai sound yang lagi hits. Bikin video before-after (misal: produk pembersih) dengan sound transisi yang lagi dipakai semua orang. Tunjukkan rutinitas harian Anda sebagai owner UMKM sambil pakai produknya.
2. Konten Kaku, Nggak Ikut “Main”
Anda posting video fitur produk yang serius dan formal, kayak brosur. Sementara di feed orang lain, lagi ada challenge seru. Anda terlihat kaku dan nggak asyik. Ingat, orang datang ke medsos untuk hiburan atau inspirasi, bukan untuk lihat iklan kaku.
-
Solusinya: Adaptasi challenge atau transisi. Nggak perlu joget kalau brand Anda serius. Kalau trennya “POV” (Point of View), buat POV pelanggan yang masalahnya selesai setelah pakai produk Anda. Kalau trennya transisi makeup, pakai untuk tunjukkan perubahan outfit (jika jualan fashion) atau dekorasi kamar (jika jualan homeware).
3. Terlalu Jualan (Lupa Ngasih Nilai)
Setiap postingan isinya “Promo!”, “Diskon!”, “Beli Sekarang!”. Audiens bakal ilfeel dan kabur (klik unfollow). Anda harus “bayar” audiens dengan sesuatu yang bermanfaat dulu sebelum minta mereka beli produk Anda.
-
Solusinya: Pakai Edutainment (Edukasi + Hiburan). Beri tips cepat yang relevan. Jual skincare? Buat “3 Langkah Cepat Skincare Pagi.” Jual alat dapur? Buat “Cara Bersihkan Dapur 5 Menit Pakai Alat Ini.” Singkat, padat, dan bikin audiens merasa pintar (dan butuh produk Anda).
4. Terlihat Seperti “Perusahaan” (Bukan Manusia)
Akun Anda terlalu poles, foto produk terlalu “studio”, balas komen kayak robot. Audiens 2025 lebih percaya sama real human. Mereka mau lihat siapa di balik brand Anda. Kalau terlalu kaku dan “korporat”, Anda nggak akan dapat kepercayaan mereka.
-
Solusinya: Tunjukkan “dapur” Anda. Rekam Behind The Scenes (BTS). Tunjukkan proses pembuatan produk (dari bahan baku sampai jadi), spill aktivitas harian Anda sebagai owner, atau perlihatkan tim Anda yang lagi kerja sambil tertawa. Ini membangun koneksi emosional.
5. Nunggu Testimoni (Bukannya “Nodong”)
Anda menunggu pelanggan mereview produk Anda secara sukarela. Sampai kapan? Di era digital, bukti sosial (social proof) adalah raja. Konten buatan pelanggan (UGC) 10 kali lebih dipercaya daripada iklan Anda sendiri.
-
Solusinya: Minta secara aktif. Buat challenge berhadiah (“Posting OOTD pakai produk kami, dapat hadiah…”). Gunakan fitur Stitch atau Duet di TikTok untuk merespons video ulasan positif dari pelanggan. Ini cara pamer testimoni paling ampuh dan otentik.
Bonus Tips: Jangan Lupa “Kasirnya”!
Sudah capek-capek bikin konten tren sampai viral, eh pas audiens mau beli, mereka bingung! Ini kesalahan fatal. Konten viral harus ada jalan keluar (konversi) yang gampang.
Pastikan Anda “buka kasir” di mana-mana. Pasang Keranjang Kuning (TikTok Shop) atau tautkan Instagram Shopping di setiap postingan relevan. Optimalkan “Link in Bio” Anda pakai Linktree atau sejenisnya. Jangan sampai audiens yang sudah “panas” jadi dingin lagi karena bingung cara belinya!